Minggu, 22 Maret 2015

Pentingnya Adab sebelum Ilmu




Allah telah menganugrahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat yang besar dengan diutusnya Rasul yang paling mulia Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, da'i yang menyeru kepada Allah dengan idzin-Nya, dan sebagai lampu yang menerangi, yang telah diturunkan Al-Qur`an kepadanya, sebagai kitab yang memberi petunjuk, mengajarkan ilmu dan yang memperbaiki keadaan manusia. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-Jumu'ah:2)
Maka dakwahnya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam mencakup tiga hal utama, sebagaimana diterangkan dalam ayat yang mulia ini. Tiga hal itu adalah At-Tabliigh (menyampaikan ilmu), At-Tazkiyyah (pensucian jiwa) dan At-Ta'liim (mengajarkan ilmu). Adapun at-tazkiyyah maka yang dimaksud adalah mendidik jiwa agar menerapkan Islam, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta berakhlak dengan akhlak-akhlak yang utama dan adab-adab yang tinggi.
Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melaksanakan tugas ini yaitu mendidik dan mensucikan jiwa para shahabatnya dan mengajarkan kepada mereka adab-adab Islam sehingga berubahlah mereka yang tadinya keras, kaku dan kasar menjadi orang-orang yang lembut, luas akhlaknya dan baik dalam pergaulannya serta secara umum berakhlak dengan akhlaknya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai panutan ummat Islam, yang mana akhlak beliau adalah Al-Qur`an.
Para shahabatpun senantiasa melaksanakan tugas yang agung ini dalam menyebarkan Islam, di mana mereka bersungguh-sungguh dalam menyampaikan adab sebelum ilmu kepada murid-murid mereka dari kalangan tabi'in, dan mengarahkan mereka kepada akhlak dan adab pada dirinya, keluarganya, gurunya, teman-temannya serta seluruh manusia yang ada di sekitarnya, yang semuanya ini selayaknya dimiliki oleh seorang penuntut ilmu agar berpegang teguh dengannya.
Kemudian hal ini pun berpindah kepada tabi'in, di mana mereka menjadi para pengajar yang menjadi panutan dalam masalah adab dan ilmu bagi murid-muridnya. Dan demikianlah dari satu generasi ke generasi berikutnya, mereka senantiasa mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu agama itu sendiri.

Ucapan Para Imam tentang Pentingnya Adab
Al-Khathib Al-Baghdadiy meriwayatkan dari Al-Imam Malik bin Anas, beliau berkata: Berkata Ibnu Sirin: "Mereka (para shahabat dan tabi'in) mempelajari al-huda (petunjuk tentang permasalahan adab dan yang sejenisnya) sebagaimana mereka mempelajari ilmu." (Al-Jaami' li Akhlaaqir Raawii wa Aadaabis Saami', 1/79)
Dari Al-Imam Malik juga, dari Ibnu Syihab, beliau berkata: "Sesungguhnya ilmu ini adalah adabnya Allah, yang telah Allah ajarkan kepada Nabi-Nya dan demikian juga telah diajarkan oleh Nabi kepada ummatnya; amanatnya Allah kepada Rasul-Nya agar beliau melaksanakannya dengan semestinya. Maka barangsiapa yang mendengar ilmu maka jadikanlah ilmu tersebut di depannya, yang akan menjadi hujjah antara dia dan Allah 'Azza wa Jalla." (Ibid. 1/79)
Dari Ibrahim bin Hubaib, beliau berkata: Berkata ayahku kepadaku: "Wahai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, dan belajarlah dari mereka serta ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, karena sesungguhnya hal itu lebih aku sukai untukmu daripada memperbanyak hadits." (Ibid. 1/80)
Dari Ibnul Mubarak, beliau berkata: Berkata Makhlad bin Al-Husain kepadaku: "Kami lebih butuh untuk memperbanyak adab daripada memperbanyak hadits." (Ibid. 1/80)
Hal ini dikarenakan kalau seseorang sibuk memperbanyak hadits dan menghafalnya akan tetapi tidak beradab dengan adab-adab yang telah dipraktekkan oleh para ulama niscaya ilmu tadi tidak akan bermanfaat. Akan tetapi orang yang belajar adab niscaya dia akan terus mencari tambahan ilmu dengan diamalkan dan diterapkan adab-adab yang telah dipelajarinya.
Dari Zakariyya Al-'Anbariy, beliau berkata: "Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu sedangkan adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad." (Ibid. 1/80)
Dari Malik bin Anas bahwasanya ibunya berkata kepadanya: "Pergilah ke Rabi'ah lalu pelajarilah adabnya sebelum ilmunya." (Tanwiirul Hawaalik Syarh Muwaththa` Al-Imaam Maalik, hal.164)
Diambil dari Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.23-25 dengan beberapa perubahan.

Gambaran Orang yang Ikhlash & Mutaba'ah
Di antara sifat yang harus dimiliki oleh kaum muslimin secara umum terlebih para penuntut ilmu adalah ikhlash dalam setiap ucapan dan amalan. Sebelum menjelaskan secara terperinci tentang sifat ini, akan digambarkan secara global tentang orang yang ikhlash dan mutaba'ah di dalam setiap ucapan dan amalannya.
Orang-orang yang ikhlash dan mutaba'ah adalah orang-orang yang mengumpulkan keduanya dalam setiap ucapan dan amalannya. Amalan dan ucapan mereka seluruhnya untuk Allah dan karena Allah. Ketika memberi sesuatu, mereka lakukan karena Allah, demikian pula ketika tidak memberi, juga karena Allah. Kecintaan mereka karena Allah, kebencian mereka karena Allah. Demikian juga ketika menuntut ilmu, mereka lakukan karena Allah, dalam rangka menghilangkan kebodohan dalam dirinya dan orang lain.
Maka muamalah mereka yang zhahir maupun yang bathin semuanya dalam rangka mengharap Wajah Allah semata. Mereka tidaklah melakukan semuanya itu untuk mencari balasan dari manusia, tidak pula ucapan terima kasih, bukan untuk mencari kedudukan di sisi mereka, tidak pula mencari pujian dan kedudukan di hati-hati manusia, tidak pula untuk lari dari celaan mereka, bahkan mereka menganggap manusia layaknya seperti para penghuni kuburan yang tidak memiliki kemudharatan, manfaat, kematian, kehidupan dan tidak pula tempat kembali.
Orang yang beramal karena manusia dan mencari kedudukan di sisi mereka serta mengharapkan dihindarkan dari madharat dan diberikan manfaat dari mereka, hal ini tidak akan muncul sama sekali dari orang yang mengetahui mereka (yaitu hakikat manusia yang ibaratnya seperti para penghuni kuburan), bahkan ini muncul dari orang yang bodoh akan keadaan mereka dan bodoh akan Rabbnya.
Maka barangsiapa yang mengetahui manusia dengan sebenarnya niscaya dia akan menempatkan mereka pada tempatnya dan barangsiapa mengenal Allah, dia akan mengikhlashkan/ memurnikan amalannya, ucapannya, pemberiannya, tidak memberinya, cinta dan bencinya karena Allah semata. Dan tidaklah seseorang bermuamalah kepada makhluk di atas Allah kecuali karena kebodohannya kepada Allah sebagai Khaliqnya, kalau tidak demikian maka apabila dia mengenal Allah dan mengenal manusia niscaya dia akan mengutamakan dan mendahulukan bermuamalah kepada Allah di atas bermuamalah kepada mereka.
Demikian juga seluruh amalan dan ibadah mereka, semuanya dilakukan berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya dan sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai-Nya, dan inilah yang dinamakan mutaba'ah. Inilah amalan yang akan diterima Allah yaitu yang ikhlash dan mutaba'ah. Dan Dialah Allah yang menguji hamba-hamba-Nya dengan adanya kematian dan kehidupan untuk permasalahan ini (ikhlash dan mutaba'ah). Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya." (Al-Mulk:2)
Allah menjadikan segala yang ada di muka bumi sebagai perhiasan supaya Dia menguji mereka siapa di antara mereka yang paling baik amalnya.
Berkata Al-Fudhail bin 'Iyyadh (menjelaskan ayat di atas): "Amal yang paling baik adalah amal yang paling ikhlash dan paling benar."
Orang-orang bertanya: Ya Aba 'Ali, amal apakah yang paling ikhlash dan paling benar itu? Beliau menjawab: "Sesungguhnya amal apabila ikhlash akan tetapi tidak benar, tidak akan diterima, dan sebaliknya suatu amalan apabila benar akan tetapi tidak ikhlash maka juga tidak akan diterima sampai amalan tersebut ikhlash dan benar. Adapun yang dinamakan ikhlash adalah apabila amalan tersebut untuk Allah semata sedang yang dinamakan benar adalah apabila amalan tersebut berdasarkan sunnah (petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), hal ini telah disebutkan dalam firman-Nya (yang artinya):
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Al-Kahfi:110)
Dan berdasarkan firman-Nya:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlash menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?" (An-Nisaa`:125)
Allah tidak akan menerima suatu amalan pun kecuali apabila amalan tersebut dilakukan ikhlash untuk mengharap Wajah-Nya yang mulia dan mengikuti perintah-Nya (yaitu berdasarkan syari'at yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), adapun yang selain itu maka tertolak atas pelakunya, yang lebih berhak untuk ditolak melebihi debu-debu yang beterbangan.
Di dalam Ash-Shahiihain dari 'A`isyah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:
"Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara (agama) kami ini apa-apa yang bukan darinya maka amalan tersebut tertolak." (HR. Al-Bukhariy no.2550 dan Muslim no.1718)
Dan dalam riwayat lain milik Al-Imam Muslim:
"Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami padanya maka amalan tersebut tertolak (yaitu tidak diterima oleh Allah)."
Maka setiap amalan tanpa berdasarkan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka hal itu tidaklah menambah bagi pelakunya kecuali semakin jauh dari Allah, karena sesungguhnya Allah Ta'ala hanyalah diibadahi berdasarkan perintah-Nya, bukan dengan pendapat-pendapat ataupun hawa nafsu. Wallaahu A'lam.

Diambil dari Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid hal.175-176 dengan beberapa perubahan.


Pertanyaan:
Assalaamu'alaikum. Ustadz, bagaimana hukum berwudhu` dengan air tanpa diciduk, tetapi dengan membuat pancuran memakai ember dan sejenisnya? Apakah ini termasuk bid'ah? Jelaskan! Baarakallaahu fiikum. (085227068***)

Jawaban:
Wa'alaikumussalaam warahmatullaah. Yang disunnahkan dalam berwudhu` adalah dengan menggunakan air yang sedikit. Hal ini bisa dan mudah dilakukan apabila berwudhu` melalui wadah seperti ember, gayung dan sejenisnya di mana kita langsung mengambil/menciduk air dari wadah tersebut.
Disebutkan dalam hadits 'Utsman bin 'Affan bahwasanya beliau meminta air wudhu` lalu beliau berwudhu dengan memulai membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dengan satu tangan yaitu tangan kanan, lalu mengeluarkan air dari hidung dengan tangan kiri (ditekan bagian luar hidungnya), dilakukan tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, lalu yang kiri tiga kali juga, kemudian mengusap kepalanya dengan dua tangannya dari depan ke belakang dan dikembalikan lagi ke depan lalu memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya sekaligus dan diusap bagian luar kedua telinganya tersebut dengan kedua jempolnya sekali, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali demikian juga yang kirinya, lalu beliau berkata: "Aku melihat Rasulullah berwudhu` seperti wudhu`ku ini." (Muttafaqun 'alaih dengan gabungan hadits yang lain, lihat Buluughul Maraam, Kitaabuth Thahaarah, Baabul Wudhuu`).
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri berwudhu dengan satu mud air (kurang lebih seukuran dua telapak tangan orang dewasa). Hal ini disebutkan dalam hadits Anas bin Malik: "Rasulullah biasa berwudhu` dengan satu mud dan mandi dengan satu sha' (empat mud) sampai lima mud." (Muttafaqun 'alaih)
Boleh juga berwudhu` lebih dari satu mud akan tetapi tidak boleh boros dan berlebih-lebihan.
Adapun berwudhu` dengan membuat pancuran melalui ember dan sejenisnya, ini boleh dan bukan bid'ah karena para shahabatpun pernah berwudhu` dari pancuran air yang keluar dari jari jemari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang merupakan salah satu mu'jizat beliau. Akan tetapi harus menghemat air dan tidak boleh memakainya secara boros.
Alangkah disayangkan sebagian besar kaum muslimin tidak memperhatikan masalah ini. Ketika berwudhu` melalui pancuran, mereka memakainya dengan boros. Membuka kran dengan lebar sehingga air banyak keluar dan terbuang sia-sia. Hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, janganlah boros walaupun dalam masalah air. Bukalah kran secukupnya dan lebih baik lagi kita buka kran, ambil air, tutup lagi krannya, ambil air dan seterusnya.
وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
"Dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al-An'aam:141)

Sabtu, 21 Maret 2015

Upaya Melestarikan Lingkungan

Upaya Pelestarian Lingkungan hidup
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.


Alam Adalah suatu aset kehidupan.jika rusak maka bagian2 di dalam nya akan menjadi rusak.yaitu,Manusia,Hewan ,tumbuhan,dan juga makhlukhidup lainnya.

Cara yang kita lakukan untuk menjaga alam adalah:

1.Menanam pohon
   Kita bisa menanam pohon agar alam di sekitar kita tetap hijau.selain itu,pohon juga penyuplai oksigen untuk makhluk hidup.jika pohon hilang maka penyuplai oksigen tidak ada maka entah jadi apa bumi kita ini.

2.Membuang sampah pada tempatnya
   Dengan kita membuang sampah pada tempatnya,kita bisa meningkatkan lkualitas hidup.jika Sungai bersih mak sumber penyakit dapat dikurangi.banjir pun dapat dicegah.

3.tidak membakar hutan
   jika terjadi kebakaran hutan,transportasi terganggu,menimbulkan penyakit paru2 dan ispa,dan segala aset kehidupan terganggu.

Ayo sobat,kita menjaga alam kita tetap lestari."Banyak Pohon,Banyak Rezeki"


Penggunaan bahasa gaul mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia


  

  sebagai negara yang memiliki banyak pulau dan keanekargaman suku bangsa dan bahasa, memiliki bahasa pemersatu bangsa yaitu bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional dalam kongtes pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai alat komunikasi baik itu formal atau nonformal melainkan juga sebagai bahasa ilmiah yang berpengaruh besar terhadap pembangunan nasional hal ini cukup mendasar karena bahasa Indonesia diharapkan mampu sejajar dengan bahasa internasional. Berdasarkan penggunaannya bahasa Indonesia dibagi menjadi ragam lisan dan tulisan. Kemudian ragam baku dan nonbaku. Semuanya itu digunakan bergantung pada situasi dan tempat juga dengan siapa bahasa Indonesia itu digunakan. Dalam kondisi tertentu, seperti situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi prioritas utama. pada situasi seperti ini bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baku. Penggunaan bahasa sesuai konteks akan sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa. Apabila bahasa baku digunakan dalam situasi santai maka tidak sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa. Bahasa Indonesia yang masih tergolong baru ini terus mengalami perkembangan, bahasa Indonesia mengalami penyempurnaan dengan penggunaan kosakata-kosakata dari bahasa daerah dan bahasa asing. Total ada kurang lebih 357.000 kosakata bahasa asing yang menjadi bahasa Indonesia. Bahasa yang sedang berkembang ini lah yang memungkinkan Rentan terjadinya perubahan, banyak faktor yang bisa mampengaruhi perubahan tersebut seperti penggunaan bahasa gaul yang menasional. Dan juga penggunaan bahasa asing yang terus menekan keberadaan bahasa Indonesia, Apalagi dewasa ini sebagian generasi muda lebih banyak menggunkan bahasa gaul di bandingkan dengn menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar, Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam pergaulan internasional, bahasa Indonesia mewujudkan identitas bangsa Indonesia. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai berikut: 1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pembususkan bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat. 2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia masih sangat muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainya, tidak mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing yang lebih maju. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa barat. Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia. Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang tidak mustahil menerima pengaruh dari Negara asing. Kemudian masuklah ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah kata asing karena memang makna yang dimaksud oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Sesuai sifatnya sebagai bahasa represif, sangat membuka kesempatan untuk itu. Melihat kondisi seperti ini, timbullah beberapa anggapan yang tidak baik. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang miskin, tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan yang modern. Pada pihak lain muncul sikap mengagung-agungkan bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. Dengan demikian timbul anggapan mampu berbahasa inggris atau bahasa asing merupakan ukuran derajat seseorang. Akhirnya motivasi untuk belajar menguasai bahasa asing lebih tinggi daripada belajar dan menguasai bahasa sendiri. Kenyataan adanya efek sosial yang lebih baik bagi orang yang mampu berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia, hal ini menurunkan derajat bahasa Indonesia di mata orang awam. PEMAKAIAN BAHASA GAUL MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA Pengaruh Bahasa Indonesia Terhadap Etika Berkomunikasi Pada Kalangan Remaja Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran sebagai penyampaian informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi yang terikat dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan Bahasa Indonesia yang benar tentu akan menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti itu akan sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode, dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Berbahasa yang baik dapat di tempatkan pada kondisi resmi atau pada pembicaraan santai dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia di dalamnya. Bahasa mengambil tiga (3) fungsi yaitu yang pertama fungsi komulatif sebagai sarana untuk berkomunikasi, kemudian fungsi ekspresif yang memberikan kesaksian tentang kenyataan diri kita kepada orang lain dan yang terakhir fungsi deskriptif yakni menghasilkan pengetahuan tentang sesuatu. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sebaiknya diajarkan sejak kecil. Karena biasanya seorang anak, terutama yang masih kecil akan mudah sekali untuk meniru apa saja yang didengarkannya. Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan bahasa yang baik dan benar kepada anak-anaknya sejak kecil. Di lingkungan remaja juga mempunyai andil yang sangat besar untuk mengajarkan bahasa Indonesia sehingga akan menciptakan etika komunikasi yang baik. Setelah itu seseorang akan memiliki nilai kesopanan berbicara dan juga tingkah laku yang terpuji. Penggunaan bahasa yang baik dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi atau pendapat yang diinginkan. Orang lain akan mengerti apa yang menjadi maksud dan tujuan kita. Dalam kehidupan sehari-hari seharusnya menggunakan tata bahasa yang baik supaya kita terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Adanya bahasa gaul juga sangat mempengaruhi etika seseorang dalam berkomunikasi, Mahasiswa cenderung lebih menyukai bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara membiasakan pada kehidupan sehari-hari di manapun kita berada. Awalnya memang mungkin sulit tetapi bila dilakukan terus menerus maka akan menciptakan sopan santun yang baik dalam etika berkomunikasi. Orang lain akan melihat dan menilai bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik. Bila hal itu terus dilakukan makan akan timbul nilai dan etika komunikasi yang baik. Sebaliknya bila seseorang berbicara sembarang dan tidak beraturan, maka orang lain yang mendengarnya akan beranggapan bahwa orang itu tidak berpendidikan atau tidak bermoral. Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia, ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan. Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan pengguanaan bahasa Indonesia antara lain: 1. Menyadarkan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang baku. Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. Membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada remaja. 3. Proses penyadaran dan pembiasaab ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berikut ini adalah beberapa etika dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari : • Jujur, tidak berbohong. • Bersikap Dewasa. • Menggunakan panggilan/ sebutan orang yang baik. • Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien. • Tidak mudah emosi/ emosional. • Berbahasa Indonesia yang baik, ramah dan sopan. • Bertingkah laku yang baik. Sebagai remaja kita harus aktif dalam penerapan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk membangun komunikasi yang efektif. Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan dating. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam pergaulan internasional, bahasa Indonesia mewujudkan identitas bangsa Indonesia. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai berikut: 1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pembususkan bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat. 2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia masih sangat muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainya, tidak mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing yang lebih maju. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa barat. Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia. Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang tidak mustahil menerima pengaruh dari Negara asing. Kemudian masuklah ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah kata asing karena memang makna yang dimaksud oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Sesuai sifatnya sebagai bahasa represif, sangat membuka kesempatan untuk itu. Melihat kondisi seperti ini, timbullah beberapa anggapan yang tidak baik. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang miskin, tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan yang modern. Pada pihak lain muncul sikap mengagung-agungkan bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. Dengan demikian timbul anggapan mampu berbahasa inggris atau bahasa asing merupakan ukuran derajat seseorang. Akhirnya motivasi untuk belajar menguasai bahasa asing lebih tinggi daripada belajar dan menguasai bahasa sendiri. Kenyataan adanya efek social yang lebih baik bagi orang yang mampu berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia, hal ini lebih menurunkan lagi derajat bahasa Indonesia di mata orang awam Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/pengruh-penggunaan-bahasa-gaul-terhadap-perkembangan-bahasa-indonesia/ http://ghembiel09.blogspot.com/2010/11/pengaruh-bahasa-indonesia-terhadap.htmlhttp://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/pengruh-penggunaan-bahasa-gaul-terhadap-perkembangan-bahasa-indonesia/